
Pundak Listyo Sigit Prabowo Makin Berat!

Semua mata memandang ke Kapolri terpilih Listyo Sigit Prabowo sebagai nakhoda hukum di negara Indonesia.
Terpilihnya Kapolri Listyo Sigit Prabowo oleh Jokowi, tentu punya alasan tersendiri. Di mana, ia adalah seorang minoritas, bila ditilik dari kepercayaan. Mengingat Sulistyo Sigit Prabowo beragama Katolik. Hal ini menandakan kesungguhan Jokowi dalam memberantas kelompok-kelompok radikal dan intoleran yang sudah puluhan tahun berkuasa di Indonesia.
Tentu beban pundak Kapolri terpilih Listyo Sigit Prabowo yang beragama Katolik semakin berat di tengah krisis identitas bangsa. Kendati berada di tengah krisis identitas premanisme bangsa, tapi kita sebagai rakyat harus mendukungnya. Karena negara Indonesia adalah negara Pancasila. Bukan negara komunitas atau pun individual tertentu.
“ Meminjam konsep negara/bangsa dari Ernest Renan adalah “sekelompok manusia yang berada dalam suatu ikatan batin yang dipersatukan karena memiliki persamaan sejarah dan cita-cita yang sama. Walaupun di dalam kelompok manusia terdapat berbagai suku, ras budaya, adat-istiadat, dan sebagainya.”(Sumber; Branly.co.id).
Ikatan Batin
Kita semua memiliki ikatan batin dalam memelihara Indonesia dari paham-paham radikal. Tak dipungkiri bhawa, terpilihnya Kapolri Listyo Sigit Prabowo adalah jalan terbaik untuk memberantas figur publik yang selama ini anti terhadap toleransi.
Lihat saja, sekarang figur publik yang selama ini berkoar-koar dan menggunakan dalil agama untuk kepentingan individu tak ada yang melawan dengan pilihan Jokowi kepada Kapolri baru.
Apakah figur publik yang anti toleransi sekarang berdiam diri untuk membangun rencana untuk melawan Pemerintah? Entah, yang terpenting kita semua harus berwaspada dengan kelompok-kelompok intoleransi.
Perbedaan Itu Indah
Sebagai warga negara Indonesia yang kaya akan SDM dan SDA, tentunya kita harus bangga. Karena belum tentu negara lain memiliki kekayaan SDM dan SDA seperti bangsa kita.
Anehnya, hanya pemimpin yang satu berbeda keyakinan dengan kita, lalu kita menggunakan jalan intoleransi untuk memantik amarah rakyat kecil yang mudah diprovokasi.
Sekarang bukan zamannya memilih pemimpin berdasarkan dari mana ia berasal. Yang terpenting adalah pemimpin yang menghargai perbedaan. Pemimpin yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Sebagaimana Jokowi memilih Kapolri Listyo Sigit Prabowo yang beragama Katolik.
Tentu ini adalah alarm bagi kita semua untuk kembali bersatu mendukung visi dan misi Pemerintah dalam memberantas kelompok-kelompok intoleran.
Kapolri baru Sulistyo Sigit Prabowo bukanlah orang baru dijajaran Kepolisian. Melainkan ia adalah sosok pemimpin yang sudah lama berkecimpung di dunia kepemimpinan. Kiprahnya selama bertugas di Banten, sudah tak diragukan lagi kapabilitasnya.
Saya melihat sosok kepemimpinan Listyo Sigit Prabowo serupa Filsuf Albert Camus yang selalu berorientasi pada tiga hal, yakni:
- Mengembalikan kedamaian antar bangsa
- Menyelaraskan kerja dengan kebudayaan
- Semua orang bersama membangun kembali rasa persahabatan
Saatnya, kita semua menggaungkan kedamaian di negara kita. Meluruskan kebudayaaan kita dalam semangat Pancasila. Terakhir kita semua adalah sahabat.
Harapan kita semua adalah, Listyo Sigit Prabowo membawa perubahan dalam memberantas kelompok-kelompo radikal di bumi Indonesia. Maka, kerjasama dan sinergitas kita semua sangat dibutuhkan.